Tidak
bisa dipungkiri bahwa manusia adalah tempatnya salah dan dosa.Manusia sebagai
makhluk yang terkena beban taklifi (kewajiban) tidak akan luput dari kesalahan
dalam ketaatan.
Lupa,lalai,berbuat
dosa,kesalahan adalah tabiat manusia secak diciptakannya manusia pertama yaitu
nabi Adam AS.
Rosululloh
shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
كل ابن آدم خطاء وخير الخطائين التوابون
“Semua
bani Adam adalah pelaku dosa, dan sebaik-baik pelaku dosa adalah mereka yang
bertaubat”. (HR. Tirmidzi)
Allah
–Ta’ala- telah menyerukan kepada manusia agar senantiasa bertobat setiap kali
melakukan dosa dan jangan menunda-nundanya
Aloh swt berfirman:
وَمَنْ
يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ
اللَّهَ غَفُوراً رَحِيماً
“Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. An Nisa’: 110)
Tobat
berasal dari kata taba-yatubu yang berarti kembali.Menurt syar’i, tobat berarti
kembali dari maksiat menuju taat kepada Alloh swt.
Tobat
yang paling besar adalah toba dari kekafira menuju keimanan ,berikutnya tobat
dari dosa dosa besar, dan terakhir tobat dari dosa-dosa kecil.
Syarat
tobat ada tiga
Pertama
, tobat dilakukan dengan ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Alloh,bukan
karena ingin dipuji oe orang lain.
Kedua
, menyesali dengan sepenuh hati perbuatan maksiat yang telah dilakukannya.
Ketiga
, bersungguh-sungguh dalam tobatnya dan tidak mengulangi kesalahan yang lalu.Jika berkurang salah
satu dari tiga syarat tersebut maka taubatnya tidak sah
Tobat
itu hukumnya wajib dari setiap dosa.Apabila kemaksiatannya ada hubungannya
dengan manusia
, maka
syaratnya menjadi empat hal, tiga syarat di atas dan yang keempat adalah dengan
membebaskan diri dari hak sesamanya, jika berupa harta atau yang serupa maka ia
kembalikan kepadanya, jika berupa had tuduhan (keji) atau yang serupa maka
dengan cara mempersilahkan kepadanya untuk membalas atau meminta maaf darinya,
dan jika berupa ghibah maka meminta untuk dihalalkan darinya. Dan diwajibkan
untuk bertaubat dari semua dosa, dan jika bertaubat hanya dari sebagian dosa
maka taubatnya tetap sah –menurut pendapat yang benar- dari dosa yang ia
bertaubat darinya, dan dosa lainnya (yang ia belum bertaubat darinya) maka
tetap utuh”.
Atas
dasar itulah maka jika semua syarat tersebut terpenuhi pada diri orang yang
bertaubat, maka taubatnya lebih memungkinkan untuk diterima dengan izin Allah
–Ta’ala-, dan tidak selayaknya setelah itu terganggu dengan perasaan was-was
bahwa taubatnya tidak diterima; karena hal itu berasal dari syetan dan
bertentangan dengan yang disampaikan oleh Allah –subhanah- dan diberitakan oleh
Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang penerimaan taubat jika
pelakunya jujur dan ikhlas dalam taubatnya.
Sebagaimana
Dia juga membuka pintu taubat kepada orang-orang munafik yang mereka itu lebih
buruk dari orang-orang kafir yang menyatakan kekafirannya dengan nyata, seraya
berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ
نَصِيرا * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ
وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ
اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْراً عَظِيماً
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah
akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar”. (QS. An
Nisa’: 145-146)
Dan
dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshari –radhiyallahu ‘anhu- pembantu
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata: “Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda:
لله
أفرح بتوبة عبده مِنْ أحدكم سقط عَلَى بعيره وقد أضله في أرض فلاة
“Allah
sangat bahagia dengan taubatnya hamba-Nya dari pada salah seorang dari kalian
yang terjatuh dari ontanya dan kehilangan onta tersebut di tanah padang”.
(Muttafaqun ‘Alaihi)
Dan
di dalam riwayat Muslim: 2747 disebutkan:
لله
أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه مِنْ أحدكم كان عَلَى راحلته بأرض فلاة فانفلتت
مِنْه وعليها طعامه وشرابه ، فأيس منها فأتى شجرة فاضطجع في ظلها قد أيس مِنْ
راحلته ، فبينما هو كذلك إذ هو بها قائمة عنده ، فأخذ بخطامها ثم قال مِنْ شدة
الفرح : اللَّهم أنت عبدي وأنا ربك ، أخطأ مِنْ شدة الفرح
“Allah
sangat bahagia dengan taubatnya hamba-Nya saat ia bertaubat kepada-Nya dari
pada salah seorang dari kalian yang menaiki binatang tunggangannya di padang
pasir, lalu binatang tersebut lepas termasuk persediaan makanan dan minumannya,
lalu orang tersebut berputus asa untuk menemukannya, lalu ia mendekati sebuah
pohon berbaring di bawah naungannya dalam kondisi putus asa untuk menemukan
hewan tunggangannya, dalam kondisi seperti itulah tiba-tiba hewan tunggangannya
berdiri di sebelahnya, seraya memegang tali kendalinya lalu berkata karena
sangat merasa bahagia: “Ya Allah Engkau adalah hambaku, dan aku adalah
tuhan-Mu”, ia melakukan kesalahan karena sangat bahagia”.
Dan
dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al Asy’ari –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
إن اللَّه تعالى يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار ،
ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل حتى تطلع الشمس مِنْ مغربها
“Sungguh
Allah –Ta’ala- mengulurkan tangan-Nya pada malam hari agar pelaku kejahatan
pada siang hari bertaubat, dan mengulurkan tangan-Nya pada siang hari agar
pelaku kejahatan pada malam hari bertaubat sampai matahari terbit dari sebelah
barat”. (HR. Muslim)
Dan
dari Abu Abdirrahman bin Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
إن اللَّه عَزَّ وَجَلَّ يقبل توبة العبد ما لم
يغرغر
“Sungguh
Allah –‘Azza wa Jalla- menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum
sampai tenggorokan”. (HR. Tirmidzi)
Keberkahan
taubat itu bisa datang cepat atau lambat, nampak dan tidak nampak, pahala
bertaubat adalah kesucian hati, terhapusnya keburukan, dilipat gandakannya
kebaikan, Allah –Ta’ala- berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحاً عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu". (QS. At Tahrim: 8)
Pahala
bertaubat juga berupa kehidupan yang baik yang dinaungi iman, qana’ah
(kecukupan), ridho, tuma’ninah, ketenangan, lapang dada, Allah –Ta’ala-
berfirman:
وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً
إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan
memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya”. (QS. Huud: 3)
Pahala
bertaubat juga berupa turunnya keberkahan dari langit, keberkahan dari bumi
juga nampak, luasnya harta dan banyaknya anak, berkah meraih hasil, badan
sehat, terjaga dari banyak bencana, Allah –Ta’ala- berfirman tentang Huud
–‘alaihis salam
وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا
مُجْرِمِينَ
“Dan
(dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa." (QS. Huud: 52)
Jangan pernah berfikir bahwa Alloh tidak akan menerima tobat kita karena besar serta banyaknya dosa yang kita memiliki.Setiap
orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Kelompok
orang-orang yang bertaubat akan terus bergerak pada relnya menuju Allah tidak
akan terputus sampai matahari terbit dari barat.
Dan bagi orang-orang yang bertobat dengan taubataasuha maka baginya seperti bayi yang baru keluar dari rahim ibunya yaitu suci.