Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rosululloh SAW. "Ya Rosululloh siapakah orang yang paling berhak ku hormati ?".Rosululloh menjawab "Ibumu",kemudian sahabat kembali bertanya,"lalu siapa lagi Ya Rosul?"."ibumu".Lalu sahabat itu kembali bertanya,pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali dengan jawaban yang sama pula "ibumu".lalu untuk kali keempat sahabat bertanya "kemudian siapa lagi Ya Rosul?".Baru Rosululloh menjawab "Ayahmu". Demikianlah Rosululloh SAW mengajarkan kita untuk senantiasa menghormati orang tua kita,terutama ibu,sampai tiga kali Rosul menyebut "ibumu".baru setelah itu Rosul menjawab "Ayahmu".
Mengapa Derajat ibu lebih tinggi dari ayah dan mengapa seorang ibu harus lebih dihormati ? mengapa bukan ayah ? Apa alasannya ?,seharusnya seorang ayahlah yang paling layak untuk dihormati,bukankah dia yang mencarikan nafkah untuk kita?bukankah ayah bekerja banting tulang ikhlas mengeluarkan keringatnya untuk menghidupi kita?,bukankah ayah yang menjadi imam serta kepala keluarga dirumah kita ?
Perjuangan seorang ibu dari mulai mengandung anaknya selama sembilan bulan,melahirkan dengan mempertaruhkan jiwa dan raganya agar kita bisa hadir kedunia ini,ibu yang telah membesarkan kita,ibu yang telah menjaga dan merawat kita dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.kasih sayang yang serupa cahaya mentari yang menyinari bumi tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun orang didunia ini,termasuk oleh seorang ayah yang paling penyayang dan penuh perhatian sedunia sekalipun,walaupun seorang ayah juga sangat berperan penting dalam kehidupan anak tidak akan pernah mampu menggantikan peran seorang ibu dalam merawat anaknya,sebab hanya seorang ibulah yang bisa mengalirkan air susu yang bercampur kasih sayang.
(الجنة تحت أقدام الأمهات) يعني التواضع لهن وترضيهن سبب لدخول الجنة ….وقال العامري المراد أنه يكون في برها وخدمتها كالتراب تحت قدميها مقدما لها على هواه مؤثرا برها على بر كل عباد الله لتحملها شدائد حمله ورضاعه وتربيته وقال بعض الصوفية : هذا الحديث له ظاهر وباطن وحق وحقيقة لأن المصطفى صلى الله عليه وسلم أوتي جوامعالكلم فقوله الجنة إلخ ظاهره أن الأمهات يلتمس رضاهن المبلغ إلى الجنة بالتواضع لهن وإلقاء النفس تحت أقدامهن والتذلل لهن والحقيقة فيه أن أمهات المؤمنين هن معه عليه السلام أزواجه في أعلى درجة في الجنة والخلق كلهم تحت تلك الدرجة فانتهاء زوس الخلق في رفعة درجاتهم في الجنة وآخر مقام لهم في الرفعة أول مقام أقدام أمهات المؤمنين فحيث انتهى الخلق فهن ثم ابتداء درجاتهن فالجنة كلها تحت أقدامهن وهذا قاله لمن أراد الغزو معه وله أم تمنعه
“Surga itu di bawah telapak kaki ibu; artinya patuh dan ridhanya menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Al-Aamiri berkata “maksud adri hadis tersebut adalah ukuran dalam berbakti dan khidmah pada ibu bagaikan debu yang berada di bawah telapak kiki mereka, mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan sendiri dan memilih berbakti pada mereka ketimbang berbakti pada setiap hamba-hamba Allah lainnya karena merekalah yang rela menanggung beban penderitaan kala mengandung, menyusui serta mendidik anak-anak mereka”.
Hadis tentang surga itu dibawah telapak kaki ibu tentunya sudah seringkali kita dengar dan sudah sepatutnya kita sebagai seorang muslim untuk mengamalkan hadis tersebut,maka jangan sekali kali kita goreskan luika pada hati orang tua kita dengan kata kata maupun perilaku hidup kita.
Kemuliaan seorang ibu bisa menjadi penentu bagi masuk atau tidaknya seseorang kedalam surga ataupun neraka, karena ridho Allah tergantung pada ridho orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua terutama ibu.
kita sebagai anak tidak akan pernah mampu membalas semua apa yang telah orang tua kita berikan walaupun dengan menyerahkan dunia seisinyapun tidak akan cukup untuk membalas segala kebaikannya. yang mereka harapkan hanyalah wujud bakti kita terhadap mereka serta doa yang terus menerus dialirkan ketika mereka telah tiada nanti.
kita sebagai anak tidak akan pernah mampu membalas semua apa yang telah orang tua kita berikan walaupun dengan menyerahkan dunia seisinyapun tidak akan cukup untuk membalas segala kebaikannya. yang mereka harapkan hanyalah wujud bakti kita terhadap mereka serta doa yang terus menerus dialirkan ketika mereka telah tiada nanti.